Produk pangan berbasis ikan menjadi andalan pemerintah dalam menopang kebutuhan pangan nasional. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah melalui teknik budidaya bioflok.
Bioflok itu sendiri adalah, aplikasi probiotik yang dipadukan dengan sumber carbon dan unsur lain, sehingga membentuk konsorsium yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan ikan itu sendiri.
Pengembangan tersebut melalui rekayasa lingkungan untuk meningkatkan produktivitas sektor perikanan. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya perikanan.
Teknologi bioflok dianggap dapat menjawab issue global yang tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga soal pemenuhan kebutuhan manusia akan protein. Selain itu keunggulan dari hasil ikan bioflok adalah:
1. Efisiensi Penggunaan Pakan: Mikroorganisme dalam sistem bioflok mengubah limbah organik menjadi flok.
2. Pengelolaan Kualitas Air: Sistem bioflok membantu menjaga kualitas air dengan mengurangi kadar amonia dan nitrit, yang biasanya beracun bagi ikan.
3. Peningkatan Kepadatan Ikan: Dengan kualitas air yang lebih baik dan pengelolaan limbah yang efisien.
Rasa ikan yang dibudidayakan dengan sistem bioflok bisa berbeda dari ikan yang dibudidayakan secara konvensional.
Ikan yang dibudidayakan dengan bioflok cenderung memiliki rasa yang lebih netral atau alami karena sistem ini lebih menjaga keseimbangan ekosistem.
Namun, dalam beberapa kasus, jika sistem bioflok tidak dikelola dengan baik, bisa ada sedikit perubahan pada rasa ikan, seperti rasa yang lebih “tanah” atau “lumpur” karena kualitas air yang kurang optimal.
Akan tetapi, dengan pengelolaan yang tepat, rasa ikan yang dihasilkan tetap enak dan segar, mirip dengan ikan yang dibudidayakan di alam liar.