Bioflok

Budidaya Perikanan Air Tawar dengan Bioflok



Produk pangan berbasis ikan menjadi andalan pemerintah dalam menopang kebutuhan pangan nasional. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah melalui teknik bioflok yang banyak diterapkan pada budidaya perikanan.
Pemerintah yang diwakili oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya perikanan. Pengembangan tersebut melalui rekayasa lingkungan untuk meningkatkan produktivitas sektor perikanan.


Pengertian Bioflok
Teknologi budidaya ikan sistem bioflok adalah suatu teknik budidaya melalui rekayasa ekosistem lingkungan hidup ikan yang menciptakan konsorsia mikroorganisme sebagai bahan makanan alami bagi ikan sekaligus penjaga kualitas air dalam ekosistem.
Prinsip dasar bioflok adalah mengurai unsur Nitrogen dalam perairan melalui bakteri pendukung dengan bantuan oksigen dan unsur Carbon menjadi kumpulan konsorsium mikroorganisme yang ada di media yang sama dengan ikan.


Teknik ini populer dikalangan peternak ikan karena mampu menggenjot produktivitas panen yang lebih tinggi. Selain itu, metode bioflok juga menekan penggunaan lahan menjadi tidak terlalu luas dan hemat air.
Oleh sebab itu, bioflok menjadi solusi efektif untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat serta menjadi cara ekonomis bagi para pebisnis bidang perikanan.


Mengapa menggunakan teknologi Bioflok?
Teknologi bioflok dianggap sebagai “revolusi biru” dalam akuakultur. Teknologi bioflok dianggap dapat menjawab issue global yang tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga soal pemenuhan kebutuhan manusia akan protein. Selain itu, teknologi ini dianggap mampu meningkatkan produktivitas budidaya.


Teknologi ini termasuk jenis budidaya intensif yang dimana peran pakan buatan memiliki peran yang sangat besar. Selain itu, efektivitas lahan juga menjadi keuntungan lain pada teknologi ini. Dibandingkan dengan budidaya ekstensif/tradisional, budidaya dengan teknologi bioflok dapat meningkatkan hingga 5-20 kali lipat padat tebar /m3 air.
Disamping itu, inovasi teknologi budidaya ikan ini juga membuat penggunaan pakan lebih efisien. Misalnya pada metode budidaya konvensional nilai Feed Convertion Ratio (FCR) rata-rata sekitar 1,5 maka dengan teknologi bioflok Feed Convertion Ratio (FCR) dapat mencapai 0,8 hingga 1,0.
Artinya, untuk menghasilkan 1 kg daging ikan pada sistem konvensional memerlukan sekitar 1,5 kg pakan. Sedangkan dengan metode bioflok, hanya memerlukan 0,8 hingga 1,0 kg pakan ikan.
Bioflok Ikan Nila
Ikan nila merupakan salah satu komoditas yang dianggap dapat diterapkan pada sistem bioflok. Dipilihnya ikan nila karena jenis ikan ini mampu memanfaatkan flok yang tercipta secara efisien dan merupakan salah satu komoditas penting dalam perikanan budidaya.
Ikan nila mampu mencerna flok yang tersusun dari berbagai mikroorganisme seperti bakteri, alga, zooplankton, fitoplankton dan bahan organik lainnya.


Budidaya iklan nila sistem bioflok mempunyai beberapa keunggulan, yaitu:
 Peningkatan kelangsungan hidup ikan
 Air budidaya tidak berbau
 Waktu pemeliharan lebih singkat
 Meningkatkan kualitas air dalam ekosistem
 Mengurangi nilai FCR
 Dsb.


Nilai Feed Convertion Ratio (FCR) pada bioflok Nila dapat mencapai 0.9 - 1. Penjelasannya adalah 0.9 - 1 kg pakan dapat menghasilkan 1 kg ikan nila pada masa panen.
Selain itu, peningkatan padat tebar ikan dapat mencapai 20 hingga 24 kali lipat disbanding sistem budidaya ekstensif. Pada budidaya ekstensif kepadatan ikan hanya 5 ekor/m3, sedangkan pada budidaya bioflok dapat mencapai 100 hingga 120 ekor/m3.
Hal tersebut tentu meningkatkan produktivitas hingga 19-23 kg/m3 atau sekitar 12-15 kali lipat jika dibandingkan sistem ekstensif.
Ikan nila yang dipanen pun memiliki ukuran lebih besar dan gemuk karena pencernaan pakan yang lebih optimal. Struktur daging nila juga lebih baik dan banyak, serta minim kadar air.
Bioflok Ikan Lele


Selain penerapannya bagi ikan nila, sistem bioflok juga banyak diterapkan untuk budidaya lele. Untuk melakukan pemeliharaan ikan lele dengan metode ini, kita harus menyiapkan kolam yang dapat dibuat dari beton, kotak terpal atau bulat terpal.
Dari keempat pilihan jenis kolam ini, umumnya penggunaan terpal banyak dipilih karena lebih efisien dan hemat.


Berikut ini adalah cara pembuatan kolam terpal yang berbentuk bulat beserta teknik budidaya ikan lele menggunakan sistem bioflok:


1. Potong besi wire-mesh menjadi dua bagian sehingga terbentuk dua ukuran 5,4 m x 1,05 m sebanyak dua buah.
2. Gabungkan 2 besi wire-mesh yang telah dipotong menggunakan las
3. Satukan kedua ujung besi wire-wesh sehingga berbentuk bulat
4. Sediakan lahan atau tempat untuk menaruh kerangka kolam.
5. Letakan pipa PVC di lubang saluran kolam
6. Letakan kerangka kolam pada lingkaran lahan
7. Pasang karpet talang di setiap sisi dalam kerangka besi dan ikat dengan tali
8. Pasang terpal dengan rapi hingga membentuk sebuah kolam bulat
9. Pada bagian tengah berilah lubang untuk menempatkan pipa PVC untuk saluran pembuangan


Meski media terpal sering dianggap beracun bagi ikan, namun perlakuan yang tepat dapat mencegah kematian pada ikan. Caranya adalah dengan mengisi kolam lele dengan air penuh dan didiamkan selama dua minggu agar bau dan senyawa kimia dari plastik terpal terbuang.
Selanjutnya, kolam dapat diisi dengan air untuk pembesaran lele. Masukkan air hingga ketinggian 80-100 cm dan dianjutkan memberikan dolomit dan garam krosok pada hari kedua. Pada hari ketiga, berilah prebiotik (molase) dan probiotik. Kemudian diamkan selama 7 hingga 10 hari.
Pada hari ke 11, benih lele dapat ditebar. Benih lele yang ditebar sebaiknya diperoleh dari induk unggulan yang berkualitas. Penambahan probiotik dapat dilakukan selanjutnya pada hari ke-5, ke-20, ke-50 dan ke-80.
Pemberian makan wajib dilakukan secara rutin. Pilihlah pakan berkualitas dan sesuai dengan ukuran mulut lele. Pemberian pakan dapat dilakukan pagi, sore dan malam hari dengan dosis 80% dari daya kenyang.
Bioflok Lebih Ramah Lingkungan
Saat ini, pengembangan teknologi sistem bioflok untuk perikanan dilakukan pemerintah melalui KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) dengan menggandeng peneliti dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
Pengembangan terus dilakukan karena sistem ini sangat ramah lingkungan. Inovasi dalam bidang budidaya perikanan ikan ini sangat efektif dan efisien dalam menekan penggunaan air, lahan atau kolam serta mempunyai kemampuan adaptasi lebih baik dengan perubahan iklim.
Adanya sistem bioflok mendorong peternak ikan di daerah terpencil untuk memenuhi ketahanan pangan dan meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar wilayahnya.